Masjid Ad Dorojatun Babadan, Memelihara Sejarah dan Keindahan Arsitektur Joglo

Masjid Ad Dorojatun Babadan

Masjid Ad Dorojatun Babadan, sebuah peninggalan bersejarah yang memukau, terletak di desa Babadan, kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan letaknya yang strategis dekat dengan jalan utama, masjid ini menjadi titik penting dan mudah diakses. Melalui artikel ini, mari kita telusuri keunikan dan sejarah Masjid Ad Dorojatun Babadan yang menarik.

Keagungan Masjid Ad Dorojatun Babadan

Masjid Ad-Dorojatun memiliki status istimewa sebagai salah satu masjid Pathok Negoro yang didirikan oleh Keraton. Pada tahun 1774, Sultan Hamengku Buwono I membangun masjid ini dengan arsitektur khas joglo, dilengkapi dengan empat soko guru dan ruang khusus untuk jemaah perempuan. Ciri khas lainnya adalah adanya kolam, memberikan sentuhan keindahan tersendiri pada bangunan masjid, sekaligus menjadi identitas masjid-masjid yang dibangun oleh keraton.

Baca Juga : Malioboro, Pesona Kawasan Ikonik di Hati Yogyakarta

Masjid Ad Dorojatun Babadan, Memelihara Sejarah dan Keindahan Arsitektur Joglo

Masa Sulit dan Kebangkitan Kembali

Walaupun memiliki sejarah yang membanggakan, masjid ini mengalami masa sulit selama penjajahan Jepang. Pada masa itu, masjid dirobohkan untuk kepentingan perluasan pangkalan pesawat terbang dan sebagai gudang senjata militer Jepang. Akibatnya, warga sekitar masjid Ad-Dorojatun Babadan terpaksa pindah ke desa dengan nama yang sama, Babadan, di Kabupaten Sleman. Di sana, mereka mendirikan Masjid Sultan Agung yang masih berdiri hingga sekarang.

Keberlanjutan dan Restorasi Keagungan

Dengan izin dari Keraton pada masa Sultan Hamengku Buwono IX, pada tahun 1964 dimulai pembangunan masjid tahap pertama, berupa bangunan semi permanen. Pada tahun 1988, serambi tengah dibangun kembali dengan dana dari masyarakat dan bantuan pemerintah. Namun, pada tahun 1992, bangunan utama dibongkar untuk mengembalikan bentuk joglo asli dengan menggunakan bahan kayu jati. Kubah atau mustaka masjid, yang merupakan ciri khas masjid Pathok Negoro, tetap dijaga dengan baik.

Artikel Terkait :  MPI Yogyakarta, Memperkenalkan Jejak Pendidikan Indonesia

Harmoni Meskipun Terpisah Jarak

Meskipun terpisah oleh jarak yang cukup jauh, hubungan antara warga Babadan di Banguntapan dan Babadan di Sleman tetap harmonis. Mereka saling bersilaturahmi, membuktikan bahwa sejarah dan kebersamaan dapat meleburkan batas geografis.

Menjangkau Masjid Ad-Dorojatun Babadan

Untuk mencapai Masjid Ad-Dorojatun Babadan, Anda dapat menggunakan Bus Trans Jogja jalur 1A, 1B, 3A, 3B, turun di Halte JEC, lalu berjalan ke arah barat dan utara sekitar 500 meter. Alternatif lain adalah dengan Bus Kota jalur 7, turun di sebelah barat JEC, dan berjalan ke utara sekitar 300 meter. Jika menggunakan kendaraan pribadi, baik roda dua maupun roda empat, akses menuju masjid sangat mudah.

Masjid Ad Dorojatun Babadan tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menyimpan sejarah yang mendalam dan keindahan arsitektur tradisional. Melalui perjalanan sejarahnya, masjid ini tetap menjadi saksi bisu perjalanan masyarakat sekitar. Dengan menjaga keaslian arsitekturnya, Masjid Ad Dorojatun Babadan memancarkan pesona yang tak tergantikan di tengah kemajuan zaman.

Baca Juga : Paket Family Gathering

Incoming search terms:

  • desa babadan
  • sejarah masjid agung bantul
  • SEJARAH DESA BABADAN
  • kulonprogo membangun masjid
  • asal masjid gedong kuning
  • dusun babadan banguntapan
  • desa babadan yogyakarta
  • dalam masjid
  • riwayat babadan gedong kuning
  • riwayat masjid gedong kuning

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *